Rabu, 13 April 2022
https://rencanamu.id/post/akademik/soal-akm-literasi-dan-numerasi-sma-plus-pembahasannya#sharehttps://rencanamu.id/post/akademik/soal-akm-literasi-dan-numerasi-sma-plus-pembahasannya#share
Nemathelminthes
Nemathelminthes adalah kelompok hewan cacing yang mempunyai tubuh bulat panjang dengan ujung yang runcing. Secara bahasa, Kata Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, yakni “Nema” yang artinya benang, dan “helmintes” yang artinya cacing. Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati.
Rongga tubuh pada
Nemathelminthes disebut pseudoaselomata. Cacing ini mempunyai tubuh meruncing
pada kedua ujung sehingga disebut dengan cacing gilig. Ukuran tubuh
Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada juga yang mencapai ukuran 1 m.
Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh manusia, hewan, atau
tumbuhan, namun adapula yang hidup bebas. Ukuran dari cacing betina lebih besar
dari cacing jantan.
Ciri
Nemathelminthes
Sesudah penjelasan
diatas, maka kita dapatkan ciri-ciri nemathelminthes yaitu:
Merupakan cacing
dengan tubuh bulat panjang seperti benang dengan kedua ujung tubuh yang runcing
Memiliki tiga
lapisan tubuh (Triploblastik) yaitu lapisan tubuh luar (ektoderm), tengan
(mesoderm), dan lapisan tubuh dalam (Endoderm).
Tubuhnya memiliki
rongga, namun bukan rongga tubuh sejati sehingga rongga ini disebut
Pseudoaselomata.
Kulitnya halus,
licin, tidak berwarna dan dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindunginya
dari enzim pencernaan inang.
Sistem
pencernaannya sudah lengkap
Belum memiliki
sistem sirkulasi dan sistem respirasi (pernapasan). Sistem saraf merupakan
saraf cincin.
Struktur Tubuh
Nemathelminthes
Tubuh dari cacing
ini tidak memiliki segmen dan lapisan luar tubuhnya licin serta dilindungi oleh
kutikula agar tidak terpengaruh oleh enzim inangnya. Tubuhnya dilapisi oleh
tiga lapisan (tripoblastik), yakni lapisan luar (Ektodermis), lapisan tengah
(Mesoderm), dan lapisan dalam (Endoderm). Kulit hewan ini tidak berwarna dan
licin.
Nemathelminthes
sudah memiliki suatu organ saluran pencernaan yang lengkap, yakni mulut,
faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung depan dan anus terdapat pada
ujung belakang. Sesudah makanan dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan
ke seluruh tubuh melalui cairan pada rongga tubuhnya. Tubuhnya belum memiliki
sebuah sistem pembuluh darah, sehingga tidak memiliki sebuah sistem respirasi,
pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi melalui proses difusi, yakni
perpindahan zat dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah.
Sistem Organ
Nemathelminthes
Sistem Pencernaan,
seperti penjelasan diatas, suatu sistem pencernaan dari nemathelminthes terdiri
atas mulut, faring, usus, dan anus. Makanan masuk ke dalam tubuh melalui muluth
pada bagian depan tubuh, kemudian masuk ke faring, dan dicerna di usus, setelah
dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh cairan pada
rongga tubuh pseudoaselomata, kemudian sisa-sisa makanan akan dikeluarkan
melalui anus.
Sistem Eksresi,
Sebuah Sistem eksresi terdiri atas 2 saluran utama yang akan bermuara pada
sebuah lubang ditubuh bagian ventral.
Sistem Reproduksi,
Nemathelminthes umumnya melakukan sebuah reproduksi secara seksual, sistem
reproduksi bersifat gonokoris, yakni organ kelamin jantan dan betina terpisah
pada individu yang berbeda, artinya setiap individu hanya mempunyai satu organ
kelamin. Fertilisasi (pertemuan sperma dan ovum) terjadi di dalam tubuh,
kemudian akan menghasilkan telur yang sangat banyak (ribuan). Kumpulan telur
ini akan membentuk kista yang bisa bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang
buruk.
Sistem sirkulasi
(peredaran darah) dan sistem pernapasannya tidak ada, sehingga pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi secara difusi, yakni dengan mekanisme
pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah.
Sistem Persarafan,
adalah sebuah sistem saraf cicin yang mengelilingi esofagus dan mempunyai 6
cabang saraf utama.
Klasifikasi
Nemathelminthes
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yakni sebagai berikut :
Nematoda mempunyai
kutikula tubuh yang transparan. memiliki mulut dan lubang ekskresi, alat
reproduks pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium. Umur cacing pada
umumnya mencapai 10 bulan. Contoh anggota Nematoda, antara lain yaitu Ascaris
lumbricoides (cacing pern pada manusia), Anguila aceti (cacing cuka), Enterobim
vermicularis atau Oxyuris vermicularis (cacing kreim pada manusia), Oxyuris
equi (cacing kremi pada kuda. Necator americanus atau Ancylostoma duodenale
(cacing tambang pada manusia), Wuchereria bancrofti (cacing yang menyebabkan
penyakit elefantiasis pada manusia, Trichinella spiralis (cacing otot pada
manusia), Loa lee (cacing mata pada manusia), dan Heterodera radicicote (cacing
yang menyebabkan puru/bengkak pada akar tanaman).
Cacing dewasa hidup
pada usus halus manusia dengan panjang 20-40 cm, dan diameter 0,5 cm. Telur
cacing yang keluar bersama feses akan masuk ke saluran pencernaan. manusia
melalui makanan yang tidak higienis. Selanjutnya, telur berkembang menjadi
larva yang menembus dindme usus dan mengikuti peredaran darah manusia sampai e
paru-paru, trakea (tenggorokan), faring (kerongkongaat, dan kembali ke usus
hingga dewasa, kemudian menetaskan telur 200.000/hari
Cacing betina
berukuran lebih besar dibandingkan cacing jantan. Dalam keadaan hidup, tubuhnya
berwarna putih seperti susu dengan kutikula transparan bergaris-garis. Pada hewan
jantan, dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae untuk
melakukan perkawinan. Pada cacing betina lubang kelamin terletak di 1/3 panjang
tubuh dari ujung anteriornya. Cacing betina lebih lurus, sedangkan cacing
jantan melengkung.
Necator americanus
= Ancylostoma duodenale (cacing tambang pada manusia)
Cacing tambang
parasit dalam usus manusia. Panjang tubuhnya 1-1,5 cm. Mulut di bagian anterior
dengan gigi kait dari kitin. Saat menggigit dinding usus penderita, cacing ini
mengeluarkan zat antipembekuan darah (zat antikoagulasi) dan darah
terus-menerus diisapnya sehingga penderita dapat mengalami anemia. Telur yang
keluar bersama feses akan menetas di tempat becek membentuk larva rabditiform
(filariform). Larva dapat menembus kulit telapak kaki manusia dan mengikuti
peredaran darah sampai ke paru-paru, trakea (tenggorokan), faring
(kerongkongan), dan kembali ke usus sampai dewasa. Cacing ini menghasilkan
telur 9.000/hari.
Antara cacing
jantan dan cacing betina dapat dibe- dakan dengan mengamati morfologinya.
Cacing jantan mempunyai testis, vesika seminalis, kelenjar semen, spikula (atau
disebut gubernakulum yang merupakan alat kopulasi), kloaka, dan bursa. Adapun
cacing betina memiliki ovarium, uterus, vagina, dan anus. Cacing betina juga
memiliki duri ekor yang berguna untuk membantu saat proses perkawinan
berlangsung.
Enterobius
vermicularis
Enterobius
vermicularis atau Oxyuris vermicularis adalah cacing kremi pada manu-sia.
Cacing kremi hidup dalam usus besar manusia. Panjang cacing betina 9-12 mm,
cacing jantan 3-5 mm. Cacing betina akan bertelur pada malam hari di anus
sehingga menyebabkan rasa geli (gatal). Apabila digaruk, telur akan menempel
pada kuku.
Telur yang tertelan
melalui makanan dapat menyebabkan autoinfeksi (infeksi yang disebabkan oleh
penderita sendiri). Telur menetas di usus halus sampai raenjadi cacing dewasa.
Apabila akan kavyin, cacing raenuju ke usus besar. kemudian yang betina akan
meletakkan telur di anus penderita sehingga penderita mengalami rasa gatal di
anusnya.
Filaria bancrofti
(Wuchereria bancrofti)
Cacing Filaria
bancrofti mengakibatkan penyakit elefantiasis/kaki gajah. Larva cacing pada
siang hari akan berada di pembuluh darah besar (aorta) dan pada malam hari akan
keluar menuju pembuluh darah tepi (di bawah kulit). Larva Filaria yang berada
dalam kelenjar ludah nyamuk Culex sp. akan masuk ke tubuh orang sehat yang
digigitnya. Larva masuk dan mengikuti sebuah peredaran darah manusia menuju ke
kelenjar getah bening sampai dewasa. Cacing yang berkembang biak dengan cepat
akan menyumbat saluran getah bening. Bagian tubuh yang tidak mendapat aliran
getah bening akan mengalami pembengkakan. Jika pembengkakan terjadi pada kaki.
disebut penyakit kaki gajah.
Trichinella
spiralis (cacing otot pada manusia)
Cacing ini
mengakibatkan penyakit yang disebut : trikinosis. Manusia bisa terserang karena
makan daging babi yang mengandung larva cacing yang dimasak tidak matang. Larva
tinggal di dalam usus halus hingga dewasa dan bertelur. Telur menetas menjadi
larva dan masuk dalam otot lurik untuk membentuk sista.
2. Kelas
Nematomorfa
Nematomorfa adalah
cacing yang mempunyai dun di kepala. Hidup dalam usus Vertebrata dan biasanvii
melekat pada dinding usus dengan belalai bengkok berkan duri. Cacing ini
memiliki sebuah alat pencernaan makanan yang sempurna dan alat reproduksinya
terpisah. Nematomorfa memiliki hospes intermedier, yakni bangsa Crustacea
(udang dan Insecta (serangga), misalnya Neoechi norhynchus emydis yang
menyerang penyakit kura-kura, dan bulus.
Peranan
Nemathelminthes
Pada umumnya
Nematoda merugikan karena hidup parasit dan mengakibatkan penyakit pada manusia
dan menjadi parasit pada tumbuhan, diantaranya sebagai berikut.
Ascaris
lumbricoides (cacing usus) dan Enterobius vermicularis (cacing kremi), menjadi
parasit pada manusia dan menyebabkan penyakit.
Rabu, 06 April 2022
Platyhelminthes
Platyhelminthes ini berasal dari bahasa Yunani “Platy” memiliki arti pipih serta “helminthes” artinya adalah cacing. Platyhelminthes ini ialah cacing berbentuk halus dan juga pipih, tripoblastik (memiliki 3 lapisan embrionik) serta juga aselomata (tidak mempunyai rongga tubuh). Cacing ini terdapat pada air tawar, air laut dan juga di tanah yang lembab. Cacing trematoda serta Cacing pita ini ialah contoh cacing pipih yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Penyakit yang bisa atau dapat ditimbulkan oleh kedua cacing ini ialah Taeniasis serta Trematodiasis.
Ciri-ciri Platyhelminthes
Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari Platyhelminthes yakni :
- Cacing pipih ini memiliki sifat tripoblastik aselomata yakni mempunyai 3 lapisan embrionik terdiri dari ectoderm, mesoderm serta endoderm, dan juga tidak memiliki rongga tubuh.
- Rongga pencernaan tidak mempunyai anus
- Mempunyai tubuh simetri bilateral
- Tubuh lunak serta adanya silia pada epidermis tubuh
- Umumnya Hidup ialah sebagai parasit kecuali Planaria
- Tidak mempunyai sistem sirkulasi
- Pernapasan dilakukan dengan permukaan tubuh serta ruang gastrovaskuler
- Reproduksi dengan secara vegetative (fragmentasi/aseksual) serta juga generative (pembuahan silang/ seksual)
- Memiliki sifat hemafrodit (yakni mempunyai 2 alat kelamin disatu tubuh)
Struktur Tubuh Platyhelminthes
Platyhelminthes mempunyai ukuran tubuh yang beragam. Ukuran ini bisa atau dapat berupa ukuran yang mikroskopis hingga yang makroskopis itu dengan panjang 20 m seperti dicacing Taenia solium. Platyhelminthes mempunyai tubuh yang simetri bilateral yakni tubuh bisa atau dapat dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan melalui pesawat pusat.
Platyhelminthes ini ialah suatu cacing yang sifatnya itu yakni tripoblastik aselomata yang merupakan suatu organisme yang mempunyai 3 lapisan embrionik (mesoderm,ectoderm dan juga endoderm) dan juga aselomata yang artinya ialahtidak memiliki sebuah rongga tubuh. Mesoderm pada platyhelminthes tersebut tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam serta tidak membentuk sel khusus.
Sistem pencernaan platyhelminthes ini berupa sistem gastrovaskuler yakni peredaran makanan tidak dengan melalui darah tapi dengan melalui usus. Sistem pencernaan tersebut dimulai dari mulut kemudian faring setelah itu kerongkongan. Selain itu cacing ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan tersebut dikeluarkan dengan melalui mulut. Sistem saraf ini berupa sistem saraf tangga tali. Di platyhelminthes untuk tingkat tinggi sistem saraf ini tersusun dari sel neuron yang setelah itu setelah itu kemudian terbagi lagi menjadi sel saraf sensori serta juga sel saraf motoris dan juga sel asosiasi (perantara).
Sistem Organ Platyhelminthes
1. Sistem pernafasan dan sistem sirkulasi
Platyhelminthes ini tidak mempunyai kedua sistem ini. Proses pertukaran O2 serta CO2 dilakukan dengan secara difusi yang mana proses pertukaran tersebut dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang rendah.
2. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing ini belum sempurna. Sistem pencernaanya ini terdiri atas mulut, faring serta kemudian kerongkongan. Cacing tersebut tidak mempunyai anus sehingga sisa makanan ini dikeluarkan lagi dengan melalui mulut. Cacing ini mempunyai sistem pencernaan gastrovaskuler yang mana saluran pencernaannya ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh yang memiliki peran sebagai usus.
3. Sistem saraf
Sistem saraf ini memiliki dua (2) ganglion diujung ventral tubuh. Yang mana nantinya akan keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior. Diantara pasangan saraf tersebut dihubungkan oleh beberapa saraf lateral.
Dalam sistem syaraf tersebut terdapat beberapa macam sistem saraf di Platyhelmintes ( cacing pipih ) antara lain ialah sebagai berikut :
- Sistem syaraf tangga tali ini merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem ini pusat susunan syaraf ini disebut dengan sebutan ganglion otak terdapat pada bagian kepala serta jumlah itu sepasang, dari kedua ganglion otak itu keluar tali syaraf sisi yang memanjang di bagian kiri serta juga kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut syaraf melintang.
- Pada cacing pipih lebih tinggi tingkatannya sistem saraf itu bisa atau dapat tersusun dari sel saraf ( neuron ) yang dibedakan itu menjadi sel saraf sensori ( yakni sel pembawa sinyal dari indera itu ke otak ), dan sel saraf motor ( yakni sel pembawa dari otak ke efektor serta juga sel asosiasi ( perantara ).
4. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi ini bisa atau dapat terjadi dengan secara aseksual serta seksual. Secara aseksual, proses dari reproduksi ini terjadi dengan secara fragmentasi sedangkan untuk seksual terjadi dengan peleburan gamet jantan serta betina. Pada dasarnya cacing ini memiliki sifat hemafrodit yaitu di dalam 1 tubuh terdapat 2 alat kelamin (jantan sertabetina). Telur yang dihasilkan memiliki sifat mikroskopis. Fertilisasi ini terjadi dengan secara internal, baik itu sendiri atau fertilisasi silang.
5. Sistem Indera
Untuk beberapa jenis dari Platyhelmintes ( cacing pipih ) ini mempunyai sistem penginderaan berupa oseli yakni bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap adanya cahaya. Bintik mata itu biasanya berjumlah sepasang serta juga terdapat dibagian anterior ( kepala ). Seluruh cacing pipih tersebut mempuynyai indra meraba serta sel kemoresptor disekujur tubuhnya. Beberapa dari spesies ini juga mempunyai indra tambahan yakni berupa reoreseptor (yakni organ untuk dapat mengetahui arah aliran sungai ), statosista (pengatur keseimbangan) serta aurikula (telinga). Pada dasarnya Platyhelmintes ( cacing pipih) ini mempunyai sistem osmoregulasi yang disebut dengan sebutan protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut dengan protonefridiofor yang jumlah itu ialah sepasang atau lebih. Sedangkan untuk sisa metabolism tubuhnya itu dikeluarkan dengan secara difusi melalui dinding sel.
Klasifikasi Platyhelminthes
1. Kelas Turbellaria
Cacing pipih yang bergerak yakni dengan menggetarkan bulu getarnya. Umunya itu hidup bebas di air asin serta air tawar. Contohnya pada planaria sp yang hidup di sungai yang jernih, laut dan juga tempat yang lembab. Cacing ini merupakan indicator terhadap suatu pencemaran air. Cacing ini mempunyai bintik di kepalanya yang bisa atau dapat membedakan terang serta gelap. Cacing ini juga memiliki sifat menjauhi cahaya. Reproduksi yang dilakukan secara aseksual yakni dengan fragmentasi serta seksual dengan peleburan gamet jantan dan juga betina.
Turbellaria ini adalah kelompok platyhelminthes yang bisa atau dapat bergerak dengan menggetarkan bulu getarnya. Cacing pipih jenis ini hidup dengan secara bebas (bukan parasit) serta tidak mempunyai alat hisap.
Contoh Kelas Turbellaria
Salah satu hewan jenis ini yang sangat dikenal ialah planaria, kami akan berusaha menjelaskan kelas ini dengan mencontohkan planaria.
Tubuh Planaria ini mempunyai panjang 1 – 2 cm. Planaria ini memakan protista sertahewan kecil lainnya, planaria ini memakan mangsanya itu dengan menggunakan faring. Setelah ditangkap, makanan tersebut kemudian akan dipecah serta didorong masuk ke lambung oleh adanya faring. Umumnya untuk hewan jenis ini melakukan reproduksi dengan secara seksual. Warna tubuhnya gelap serta pada bagian kepala terdapat bintik mata untuk kemudian membedakan keadaan gelap serta terang. Mulutnya ini terdapat di permukaan ventral juga bisa atau dapat di tengah tubuh. Pada mulut nya itu terdapat struktur seperti taring yang disebut dengan probosis, probosis ini memiliki fungsi untuk menangkap mangsa. Turbellaria ini mampu untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuh, serta juga daya regenerasi ini sangat baik.
2. Kelas Trematoda
Trematoda ini ialah cacing pipih yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Cacing ini mempunyai alat isap yang memiliki kait yang fungsinya untuk melekatkan diri pada tubuh inangnya. Cacing ini mempunyai kutikula yang fungsinya ini untuk mencegah dirinya itu untuk ikut terhisap oleh sel inangnya. Contoh dari cacing jenis ini ialah Fasciola hepatica yang hidup di organ hati domba, F. gigantica ini di organ hati sapi serta Schistosoma japonicum yang hidup dipembuluh darah perut manusia
Tremotoda ini adalah kelompok platyhelminthes yang mempunyai alat hisap serta alat kait untuk dapat menempelkan diri pada inangnya. Trematoda ini adalah platyhelminthes yang hidupnya itu sebagai parasit. Tubuh bagian luarnya itu ditutupi oleh kutikula yang memiliki fungsi agar tubuhnya itu tidak tercerna oleh sel tubuh inangya. Hewan jenis ini tidak mempunyai silia pada permukaan luar tubuh. Makanan dari trematoda ini ialah cairan atau juga jaringan tubuh inangnya. Dinding tubuhnya ini mempunyai otot dan saraf.
Contoh Kelas Trematoda
Contoh hewan ini adalah cacing hati. Cacing hati ini adalah bentuk hewan yang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut,
- Panjang tubuh 2,5 – 3 cm ; serta juga lebar tubuhnya 1 – 1,5 cm,
- Mempunyai mulut meruncing yang juga dikelilingi oleh adanya alat penghisap.
- Untuk melindungi tubuhnya disaat bergerak, cacing mempunyai lapisan berupa sisik kecil dari kutikula diseluruh bagian tubuhnya.
- Mempunyai alat kelamin serta memiliki sifat hemaprodid , yang melakukan pembuahan dengan sendiri atau silang.
- Tidak mempunyai anus, dan juga sebagai ganti alat ekresinya itu berupa sel api.
3. Kelas Cestoda
Cestoda atau cacing pita ini ialah cacing berbentuk pipih yang parasit pada manusia serta hewan. Pada kepala cacing ini terdapat kait yang memiliki fungsi untuk melekatkan diri diusus inangnya. Cacing pita ini mempunyai tubuh yang dapat atau bisa terbagi menjadi beberapa bagian yang disebut dengan proglotid. Proglotid ini merupakan calon individu baru. Selama hidupnya cacing pita tersebut kemudian akan terus membuat proglotid yang baru.
Cestoda ini ialah kelompok platyhelminthes yang memiliki bentuk seperti pita serta sifatnya ialah parasit. Pada bagian kepala hewan ini juga terdapat kait yang memiliki fungsi untuk mengaitkan tubuhnya itu pada usus inang. Kepala cacing pita tersebut disebut dengan skoleks serta untuk bagian bawah kepala itu disebut dengan strobilus. Bagian Strobilus ini memiliki fungsi untuk membentuk progtolid pada hewan ini. Progtolid sendiri ialah bagian tubuh yang akan menjadi individu baru dikemudian hari. Cestoda iuni terus membentuk progtolid sertasemakin ke ujung progtolid itu juga akan semakin besar serta semakin matang. Selama siklus hidupnya itu mereka bisa atau dapat melibatkan lebih dari satu inang. Cacing pita ini bisa atau dapat ditularkan ke manusia dengan melalui daging babi atau juga sapi terinfeksi yang tidak dimasak matang.
Contoh Kelas Cestoda
Contoh dari cacing ini ialah seperti Taenia saginata, Ciri-ciri dari cacing dewasa Taenia saginata :
- Cacing dewasa ini memiliki panjang 5 – 10 meter
- Cacing ini terdiri dari scolex, leher, serta strobila
- Scolex yang berbentuk piriform berukuran 1 – 2 mm dilengkapi dengan 4 batil isap yang menonjol
- Strobila ini terdiri dari 1000 – 2000 proglotid atau juga segmen yang mana makin ke distal proglotid itu semakin matang
- Proglotid gravid ini berukuran 16 – 20 x 5 – 7 mm yakni dengan cabang uterus itu berjumlah 15 – 20 buah tiap sisi yang mana uterus gravid tersebut mengandung 80.000 sampai 100.000 telur
- Lubang kelamin atau juga porus genitalis ini terletak di sebelah lateral serta berada berselang-seling di kanan serta kiri dengan tidak teratur
Peranan Platyhelminthes (cacing pipih)
Umumnya platyhelminthes ini adalah suatu cacing yang merugikan disebabkan cacing ini bersifat parasit pada manusia serta hewan, namun terdapat dari spesies platyhelminthes (cacing pipih) oini yang tidak merugikan manusia maupun hewan yakni planaria. Planaria ini mempunyai peranan yang dimanfaatkan yakni sebagai makanan ikan. Platyhelminthes (cacing pipih) ini lebih banyak memberikan dampak kerugian bagi manusia maupun juga hewan. Pada saat manusia mengkonsumsinya, dampaknya tersebut dapat merugikan manusia disebabkan karna terinfeksi cacing yang bisa atau dapat menyebabkan masalah-masalah bagi kesehatan manusia.
Penyakit yang Dapat Ditimbulkan Oleh Platyhelminthes
Platyhelminthes ini menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan, salah satunya ialah Schistosoma yang menyebabkan skistosomiasis. penyakit parasit yang ditularkan dengan melalui siput air tawar dimanusia.
Apabila cacing ini kemudian berkembang di tubuh manusia, yang dapat terjadi kerusakan jaringan serta juga organ seperti ureter, hati, kandung kemih, limpa, serta ginjal manusia.