“ Building Capacity of Teachers/Facilitators in
Technology-Pedagogy Integration for Improved Teaching and Learning “
Oleh :
SUNARYO
KELAS I C / NIM: Q100140150
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
BAB I
ICT DAN PENDIDIKAN
Kesadaran suatu bangsa akan tantangan
menghadapi masa depan atau abad 21 menjadikan ICT ( Information and Communication Technologies ) atau sering disebut
TIK adalah sebagai sesuatu yang harus dikuasai. Karena dengan menguasai ICT
diharapkan mampu berkomunikasi, mengakses informasi dan belajar menggunakan
atau memanfaatkan teknologi yang ada. Kemampuan memanfaatkan ICT 654321`harus
menjadi unsu yang penting khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam hal
ini guru, kurikulum, sekolah menjadi elemen yang penting dalam proses
pemanfaatan serta penggunaan ICT. Mengingat pentingnya kwalitas pendidikan yang
mendorong inovasi dan berbagi informasi, maka UNESCO menyelenggarakan
konferensi yang terkait dengan penting penguasaan ICT.
- Pengetahuan
tentang penggunaan ICT.
Selama
kurang lebih 30 tahun telah terjadi perkembangan yang pesat terhadap pengintegrasian
ICT di dalam kelas, dalam waktu yang bersamaan akses ke ICT juga menjadi lebih
luas, perangkat lunak yang tersedia, guru dan siswa telah terbiasa menggunakan
tehnologi, bahkan ICT bukan hanya tersedia di kelas atau di suatu instansi,
tetapi telah menjadi kebutuhan pada semua individu. Sehingga konsep atau cara
berpikir pendidik atau guru pun telah berubah dari ICT yang awalnya adalah
sesuatu yang harus dipelajari menjadi sesuatu yang harus digunakan sehingga
menjadikan ICT adalah suatu kebutuhan.
- Pengetahuan
tentang karakteristik sekolah efektif.
Ada
2 kategori yang disebut karakteristik sekolah efektif yaitu :
1. Sekolah
yang menggunakan pengetahuan, ketrampilan, keyakinan serta mempunyai latar
2. Sekolah
yang mempunyai alat penilaian untuk mengukur belajar siswa, melakukan
penialaian untuk memberikan umpan balik secara terus menerus untuk peserta
didik.
Dari
kedua kategori diatas masing – masing sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
dan punya visi yang jelas sebagai sekolah bagi masyarakat. Mereka tahu
bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang berpusat untuk melibatkan para
siswa secara aktif dalam pembelajaran.
- Pemahaman yang
lebih baik dari pembelajaran.
Di
seluruh wilayah asia pasifik, para guru atau pendidik sedang membuat penelitian
untuk menemukan teori yang tepat yang bisa digunakan ke dalam pendidikan guru
sehingga para siswa bisa secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan bagaimana
member pengalaman belajar yang akan memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah
di dunia nyata dengan menggunakan ICT.
D.
ICT
sebagai tehnologi baru untuk melengkapi tehnologi yang sudah ada.
CD
dan DVD menyediakan database yang sebelumnya tidak tersedia untuk guru dan
peserta didik, mempunyai efek bahwa tehnologi baru memperluas kekuatan
pembelajaran potensi tehnologi yang ada seperti pemutar video, televise dan
tape recorder dan memberikan banyak pilihan bagi para guru dan siswa.
E. Tehnologi pendidikan
Istilah
tehnologi pendidikan mempunyai definisi hamper sama dengan ICT yaitu,
mengakses, menyajikan, atau mengkomunikasikan informasi seperti peralatan
proyektor dan video.
BAB II
PENGGUNAAN TIK OLEH GURU DI ASIA
PASIFIK.
A. Keragaman regional dalam negeri.
Tersebarnya
pulau sebanyak kurang lebih 12000 pulau di seluruh nusantara yang dihuni 60 %
desa yang terpencil dengan kekurangan listrik serta tidak tersedianya sambungan
telepon mendorong untuk meningkatkan pengembangan professional guru atau
pendidik yang berjumlah lebih dari 10 juta dengan siswa lebih dari 40 juta.
Faktor utama yang menjadi kendala akses internet adalah biaya, selain kendala
fisik seperti : keterpencilan dan dan pasokan listrik tidak dapat diandalkan,
kelangkaan dana, kurangnya pengembangan staf, perangkat lunak tidak cukup serta
kecepatan perkembangan tehnologi yang kurang. Kebijakan pendidikan nasional dan
reformasi kurikulum penggunaan ICT dalam pengembangan pendidikan dan
professional pendidikan guru sebagian besar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
kebijakan nasional tentang pendidikan dan kebijakan yang berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Sehingga guru harus mempunyai pemahaman yang jelas
tentang mengapa ICT berguna dan yang terpenting mereka membutuhkan waktu untuk
menjelajah software aplikasi umum (seperti kata pengolahan database dan
spreadsheet) agar mereka dapat merasa nyaman dengan aplikasi ICT. Sikap
negative terhadap ICT mungkin akibat dari perasaan tidak nyaman ketika
menghadapi sesuatu yang baru terutama ketika siswa mendapatkan keakraban dengan
ICT di rumah dan di masyarakat.
BAB III
ISU DAN TANTANGAN DALAM
MENGINTEGRASIKAN TIK
KE PENDIDIKAN GURU
A.
Keragaman
kawasan asia pasifik.
Keragaman
geografis, demografi, isu-isu ekonomi dan budaya menjadi tantangan termasuk
sumber daya manusia yang terbatas, kurangnya telekomunikasi dasar infrastruktur
dan migrasi terampil professional ICT dari daerah pedesaan ke pusat pusat
perkotaan dan luar negeri. UNESCO mengembangkan proyek regional untuk
menghadapi tantangan diatas. Yang harus dipahami juga dalah dukungan penggunaan
TIK di sekolah tidak hanya berasal dari pemerintah tetapi juga dari
masing-masing komunitas sekolah, keyakinan masyarakat serta status ekonomi.
Berdasarkan karakteristik dan jumlah guru serta murid yang luar biasa mendukung
diajarkannya untuk perpikir TIK sebagai integral dari kedua pengajaran dan
pembelajaran.
B.
Mengubah
system.
System
dirancang untuk beradaptasi dan menerima perubahan baik internal maupun
eksternal. Setiap bangsa memiliki tradisi yang mendarah daging untuk menentukan
bagaimana sekolah harus diselenggarakan, bagaimana guru harus mengajar,
bagaimana siswa harus bertindak dan belajar dan apa yang harus diajarkan.
System ini mewakili budaya dan politik di masing – masing Negara asia pasifik.
Munculnya
ICT sebagai inovasi yang sangat dibutuhkan dan berharap itu membawa peluang
bagi kemajuan karir, sehingga ICT diperkenalkan ke dalam system pendidikan.
Oleh karena itu kita harus melakukan transisi sebagai proses individu
psikologis harus melalui cara yang bisa diterima sebagai system yang baru.
Untuk mencoba memperkenalkan perubahan pendidikan utama ke sekolah harus
mencakup upaya untuk bekerja sama dengan masyarakat. Penggunaan TIK secara umum
oleh siswa di rumah akan membantu komunikasi antar guru, orang tua dan siswa.
Untuk melanjutkan perubahan system pemimpin harus memberikan informasi dari apa
yang diharapkan setelah perubahan diimplementasikan. Anggota masyarakat juga
harus merasa nyaman bahwa siswa akan terus belajar mata pelajaran dan
ketrampilan yang penting. Menurut sadiman (2003) ICT mempunyai pengaruh positif
terhadap belajar siswa dan pelatihan guru. Menurut dia kegiatan pengembangan
professional harus:
1. Berhubungan
antara pekerjaan siswa dan guru ( berbasis kelas )
2. Mempertahankan
kelanjutan secara intensif dan harus didukung oleh semua pihak disekolah dan
pemimpin sekolah.
3. Meliputi
masalah umum dalam memecahkan masalah secara spesifik
4. Diintegrasikan
ke dalam kerangka yang lebih besar dari peraturan guru dan kontribusi yang
diterima.
5. Responsive
terhadap prioritas social dan pendidikan baik ditingkat nasional maupun local.
Maka
dari itu penting untuk memberikan tugas-tugas nyata bagi guru memungkinkan
mereka untuk mengatur tujuan individu, memperoleh ketrampilan untuk memenuhi
tujuan-tujuan dan mempunyai kesempatan untuk merefleksikan pengalaman belajar
mereka. Dengan diperkenalkannya ICT maka guru dan siswa bisa belajar
ketrampilan baru yang berhubungan dangan ICT.
C.
Membangun
kapasitas.
Pengenalan
ICT mungkin awalnya tidak mengubah perilaku guru namun dengan dukungan yang
tepat dan akses tehnologi yang relevan perilaku akan berubah secara pelan-pelan.
Kesempatan untuk mengamati rekan-rekan dalam menggunakan ICT serta cara-cara
inovatif mungkin berperan dalam mengubah sikap guru. Membangun kapasitas sangat
penting bagi sekolah untuk menyediakan lingkungan belajarsiswa yang optimal
dalam menghadapi abad ke 21. Perubahan dimulai dengan langkah-langkah kecil
yang telah dipertimbangkan dengan hati-hati meskipun berbagai tantangan dan
kesulitan muncul. Tujuan akhir dari semuanya adalah untuk memberikan pendidikan
yang terbaik bagi penerus bangsa.
BAB IV
KERANGKA KURIKULUM INFUSE ICT
PADA PENDIDIKAN GURU
A. Sebuah model pengembangan ICT
Dalam
publikasi UNESCO baru pada kurikulum TIK dan program pengembangan guru (Anderson dan van Weert 2002), selanjutnya disebut
sebagai A Program Pengembangan Guru,
model
disajikan yang dapat berguna dalam menentukan tahap perkembangan ICT yang
dicapai oleh negara, kabupaten
atau bahkan sekolah masing-masing. Model ini berasal dari internasional dan
nasional Studi pengembangan ICT yang
telah mengidentifikasi serangkaian tahapan yang luas bahwa sistem pendidikan
dan sekolah biasanya dilanjutkan
melalui dalam adopsi dan penggunaan ICT
Berdasarkan uraian dari empat tahapan gambar diatas tidak ada perbedaan
yang dibuat antara pre-service
dan
in-service program pendidikan guru, meskipun dalam prakteknya program tersebut
sangat berbeda di isi dan
pendekatan yang diadopsi, serta dalam modus dan tempat belajar. Guru siswa dalam program pendidikan guru dan orang-orang di sekolah
keduanya disebut sebagai guru;
kelas mengacu baik untuk kuliah atau seminar
kamar di perguruan tinggi dan ruang kelas di sekolah-sekolah; dan sekolah mengacu pada perguruan tinggi, serta
sekolah-sekolah dasar dan menengah.
Muncul
tahap Sekolah pada tahap berkembang
mengambil langkah-langkah awal menuju pengembangan ICT. Mungkin komputer telah disumbangkan ke sekolah, atau sekolah mungkin telah
membeli satu atau dua komputer itu sendiri.
Kemampuan untuk memutuskan mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana alat ICT
akan memberikan kontribusi untuk tujuan pengajaran,dan bagaimana untuk memilih
dari antara berbagai alat ICT mereka yang paling tepat untuk merangsangbelajar
murid.Kemampuan untuk memutuskan kapan seluruh kelas atau kelompok presentasi
multimedia akan berguna.Kemampuan untuk membantu siswa untuk menemukan,
membandingkan, dan menganalisis informasi dari internet, dan darisumber lain
khusus untuk mata pelajaran. Seringkali pada tahap penerapan, administrator
sekolah dan perpustakaan sekolah juga menggunakan komputer untuk tugas manajemen.
Menanamkan
tahapDalam maju dari yang berlaku untuk menanamkan TIK, guru menggabungkan
(yaitu, infus) ICT ke dalam semua aspek
mengajar
, persiapan dan manajemen mereka, untuk meningkatkan tidak hanya belajar
sendiri tetapi terutamapembelajaran siswa mereka
Seperti ICT secara perlahan dimasukkan ke setiap aspek pengajaran dan
pembelajaran, di setiap sekolah subjek dan ke dalam semua aspek sekolah dan manajemen kelas,
pendekatan yang berpusat pada guru tradisional kekegiatan kelas secara bertahap
menjadi diganti dengan yang lebih berpusat pada peserta didik satu
- Kegunaan
model dan kerangka kerja
Dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan guru, kerangka dapat berguna dalam menggambarkan, biasanya dalam bentuk visual, berbagai
komponen yang beroperasi dan keterkaitan antara komponen dalam
sistem keseluruhan. Kerangka,
kemudian, adalah jenis perancah atau cetak
biru arsitek bahwa pengembang kurikulum
mengambil sebagai titik awal dalam menentukan konten, sequencing, dan
pedagogis Proses. Kerangka seperti
model, tidak memiliki
sifat yang benar atau salah.
Sebaliknya, mereka mungkin lebih atau kurang
berguna, atau mungkin tidak
berguna sama sekali, untuk tujuan tertentu.
C. Sebuah kerangka kurikulum awal
Hal ini beruntung bahwa publikasi UNESCO lanjut yang telah kita sebagaimana dimaksud dalam bab-bab sebelumnya (Resta 2002) telah membuat awal yang baik dalam mengembangkan kerangka kurikulum pendidikan guru. Bagian II dari Sebuah Panduan Perencanaan, seperti publikasi sering disebut, rincian kedua dasar pemikiran dan kerangka kerja untuk ICT dalam pendidikan guru. Dalam mengembangkan kerangka kerja ini, penulis yang terutama sadar akan kebutuhan negara-negara pada tahap awal pengembangan ICT. Kerangka kerja yang dikembangkan, kemudian, adalah mungkin berlaku untuk kawasan Asia-Pasifik sejauh dibutuhkan dalam rekening penelitian terbaru ke dalam sifat pembelajaran, mengakui bahwa akses ke sumber daya TIK dapat terbatas, dan mengakui bahwa pendidikan guru beroperasi dalam sosial, budaya dan pendidikan konteks.
D. Kerangka kurikulum
yang lebih berguna
Seperti disebutkan di atas, kerangka yang tidak benar atau salah; namun
kerangka dapat dimodifikasi untuk membuatnya lebih berguna. Ketika kerangka kurikulum rinci dalam
Panduan Perencanaan dianggap di
Rapat
Juni 2003 Ahli 'di Bangkok, ada kesepakatan umum tentang aspek-aspek utama dari kerangka pemikiran. Itu langsung setuju, misalnya, bahwa
pendidikan guru beroperasi dalam tertentu
konteks
dan budaya; pelatihan yang merupakan proses yang berkesinambungan dan oleh
karena itu ada kebutuhan untuk seumur hidup sedang belajar; dan bahwa dalam dimensi-dimensi
kontekstual adalah kompetensi inti untuk dikembangkan di kurikulum untuk pelatihan guru dan pengembangan
profesional berkelanjutan.
kepemimpinan
dan visi sangat penting dalam perencanaan dan pengelolaan perubahan, seperti
pertimbangan stakeholder kunci.
Dalam mengembangkan dan menerapkan kurikulum untuk menanamkan ICT dalam
pendidikan guru, (. pp 155-6)
pemangku kepentingan utama, menurut A Panduan Perencanaan, adalah:
•
dekan atau dosen dengan tanggung jawab untuk pendidikan guru;
•
staf pengajar di program;
•
administrator senior di lembaga;
•
guru siswa yang ingin memperoleh keterampilan ICT;
•
guru dan kepala sekolah di sekolah yang berkolaborasi dalam mengorganisir
pengalaman lapangan bagi guru dalam pelatihan;
•
lembaga pemerintah yang menetapkan kebijakan untuk pengembangan profesi guru;
dan
•
bisnis dan industri, yang memiliki kepentingan dalam kualitas keseluruhan
lulusan.
Kolaborasi
dan jaringan merupakan aspek lain dari pedagogi. Kekuatan sebenarnya dari ICT
berasal dari baru cara berkomunikasi
di luar empat dinding kelas dan dengan menempatkan informasi dari sumber di seluruh dunia di mana pun ini mungkin berada.
Implikasi bagi guru karena mereka membantu mereka siswa dalam bekerja sama dengan kelompok-kelompok belajar
lainnya dan menggunakan jaringan untuk penelitian topik tugas adalah bahwa mereka berhenti menjadi sumber utama
pengetahuan di kelas. Sebaliknya, peran guru berubah dari "seorang bijak di atas panggung"
untuk menjadi "panduan di sisi". Guru perlu mengakomodasi pergeseran filosofis dalam pendekatan
mereka untuk mengajar. Sebuah Panduan Perencanaan menegaskan bahwa pengembangan kompetensi guru dalam kolaborasi dan
jaringan sangat penting untuk menanamkan ICT dalam kurikulum:
Melalui
kolaborasi dan jejaring, guru profesional mempromosikan pembelajaran demokrasi
dalam kelas dan memanfaatkan keahlian
baik lokal maupun global. (Sebuah Panduan
Perencanaan,
hal. 43) 2 Teknologi Buku Whole telah ditulis tentang kompetensi ICT yang dibutuhkan
oleh guru di kelas hari ini dan besok.
Pada tahap muncul (lihat Gambar 4.1) ketika guru menemukan dan belajar tentang alat TIK, mereka harus melalui proses yang sama
dengan siswa di sekolah-sekolah. Ini
kompetensi,
sering disebut melek TIK, termasuk pengetahuan tentang konsep ICT dan operasi.
Anderson dan van Weert (2002), misalnya,
termasuk di bawah melek ICT berikut:
·
Konsep
dasar ICT
·
Menggunakan komputer dan mengelola file
·
pengolah
kata
·
Bekerja
dengan spreadsheet
·
Bekerja
dengan database
·
Menulis dokumen dan presentasi
·
Informasi dan komunikasi
Selain jenis kompetensi TIK yang
berkaitan dengan konsep-konsep dan operasi, ada banyak sosial, kesehatan, hukum
dan isu-isu etis yang terkait dengan penggunaan TIK tentang yang guru perlu
tahu. Fasilitas, misalnya, untuk mengakses informasi dengan mudah dari sumber
yang jauh, download ke pribadi komputer, dan kemudian memanfaatkan informasi
dalam tugas kelas membawa serta host sosial,hukum, dan etika issues10 berkaitan
dengan hak cipta, evaluasi sumber informasi, dan tepat bentuk mengakui
informasi elektronik.
BAB V
SEBUAH TINDAKAN
YANG BERORIENTASI PADA
PROYEK DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
PROYEK DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
A.
Maksud dan tujuan proyek
Tujuan
utama dari Proyek Pelatihan JFIT-Guru adalah untuk membangun kapasitas nasional
dalam penggunaan yang efektif
ICT
dalam pendidikan melalui pelatihan awal guru dan pengembangan profesional yang
ada
guru
dan fasilitator. Tujuan ini akan dicapai dengan efektif memanfaatkan dan
sepenuhnya menanamkan ICT di
semua
aspek dari proses pendidikan, sehingga mempengaruhi perubahan paradigma dari
mengajar berpusat pada guru
untuk
belajar interaktif dan mandiri yang berpusat pada siswa ICT-enabled.
Tujuan
langsung dari Proyek Pelatihan JFIT-Guru adalah:
·
untuk meningkatkan kompetensi dan kepercayaan diri guru,
baik melalui pendidikan pra-layanan dan
pelatihan
in-service, untuk sepenuhnya mengintegrasikan atau infus TIK dalam semua aspek
pendidikan Proses dan mengubah kelas dari
mengajar berpusat pada guru TIK-dibantu interaktif dan belajar mandiri;
·
untuk mengidentifikasi, menciptakan, dan menyebarkan
regional, pedagogi dan model teknologi lokal spesifik pemanfaatan dan integrasi teknologi-pedagogi dalam
lingkungan pembelajaran yang beragam; dan
·
untuk mengembangkan dan dimasukkan ke dalam operasi basis
sumber daya guru secara online regional dan offline daerah jaringan pusat keunggulan untuk berbagi praktek-praktek
inovatif dan sumber daya dan untuk membantu dalam pengembangan profesional berkelanjutan menggunakan
ICT untuk tujuan pendidikan.
Mengingat
keragaman dan perbedaan antara negara-negara tersebut, proyek ini telah
merumuskan strategi yang bertujuan
untuk menyeimbangkan kegiatan regional dan negara: untuk efektivitas biaya,
ketika produk akan dibagi oleh lebih
dari negara-negara percontohan; untuk memastikan standar yang tinggi, dengan
umpan balik akumulatif dari
negara-negara
yang berbeda; dan untuk penyertaan sumber daya internasional. Pelatihan
JFIT-Guru Proyek ini akan dilakukan di 12
negara mencatat dalam Bab Satu, yaitu, Afghanistan, China, Fiji, India, Indonesia, Jepang, Kazakhstan, Malaysia, Mongolia,
Filipina, Thailand dan Viet Nam.
Situasi
analisis kurikulum nasional
Sebuah
langkah yang diperlukan dan terlebih dahulu sebelum memulai sebuah proyek untuk
membangun kapasitas nasional dalam efektif penggunaan TIK dalam pendidikan, menurut Gregorio (2003),
untuk melakukan analisis situasi
kurikulum
pendidikan di negara-negara proyek. Analisis semacam ini biasanya mencakup
pengumpulan informasi tentang
aspek-aspek seperti berikut:
·
latar belakang kurikulum nasional seperti undang-undang
dan kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum, yang mendasari filosofi, dan tujuan dan sasaran pendidikan;
·
struktur organisasi dan desain yang mendasari kurikulum
nasional;
·
bagaimana kurikulum nasional atau lokal yang dilaksanakan,
termasuk pelatihan awal dan in-service
guru;
·
apa mekanisme di tempat untuk pemantauan, pelaporan dan
evaluasi bagaimana kurikulum
sedang
dilaksanakan;
·
reformasi kurikulum baru atau berkelanjutan; dan
·
kerangka kerja untuk merevisi atau memperbarui kurikulum
nasional untuk mempertimbangkan, misalnya, baru bidang pelajaran seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan ICT, pencegahan dan pendidikan kesehatan, dan kebutuhan untuk keterampilan
keaksaraan baru
Sebagai hasil dari gabungan
UNESCO dan IBE12 inisiatif, analisis situasi kurikulum nasional memiliki telah
selesai untuk sebagian besar negara proyek 12, dan tersedia pada CD-ROM (UNESCO
IBE UNESCO Bangkok dan 2003). Situasi ini analisis akan berguna dalam tindakan berencana
untuk pelatihan dan pengembangan guru dalam menanamkan ICT dalam sistem
pendidikan dan program pendidikan guru. Mendukung program Erat bersekutu dengan
analisis situasi kurikulum nasional beberapa program pelengkap lainnya
diprakarsai oleh Biro UNESCO Asia dan Pasifik Regional untuk Pendidikan yang
dapat mendukung ini Proyek Pelatihan JFIT-Guru untuk membangun kapasitas
nasional dalam TIK dalam pendidikan guru.
Garis
besar kegiatan dan strategi penyebaran
Kompilasi buku pegangan regional
pendidikan guru dan penggunaan ICT berbasis pengalaman negara proyek. |
·
Libatkan konsultan untuk menyusun dan merakit bahan.
·
Publish handbook.Translate daerah buku pegangan daerah.
·
Mempromosikan buku pegangan regional.
|
Develop sumber daya kit
untuk ICT di
pendidikan guru untuk digunakan di wilayah tersebut. |
·
Kumpulkan video, wawancara
audio, rencana pelajaran.
·
Merakit kit sumber daya
dalam bentuk paket yang nyaman
·
Mempromosikan kit sumber daya.
|
Assemble e-sumber
daya untuk
pendidik guru. |
·
Libatkan konsultan untuk merakit e-sumber.
·
Menghasilkan CD-ROM untuk e-sumber.
·
Mendistribusikan CD-ROM.
|
Prepare untuk
kompetensi dalam ICT untuk memandu pelaksanaan ICT dalam pendidikan guru di wilayah tersebut. |
·
Libatkan konsultan untuk meninjau standar guru.
·
Pertajam standar guru di
lokakarya regional
·
Adaptasi standar guru
untuk konteks lokal.
|
Produce database teladan
praktek dalam ICT di kurikulum untuk digunakan dalam program pendidikan guru di wilayah tersebut. |
·
Libatkan konsultan untuk
mengumpulkan dan meninjau
instruksional
bahan bahan.
·
Melakukan lokakarya regional.
·
Menghasilkan
dan mendistribusikan materi pembelajaran pada CD-ROM.
|
Design unit saja prototipe
dan
modul. |
·
Libatkan konsultan untuk meninjau bahan yang tersedia untuk pre-service dan program in-service.
·
Melakukan lokakarya untuk
memperbaiki dan menyesuaikan unit
dan modul.
·
Memproduksi dan mendistribusikan unit prototipe dan
modul pada CD-ROM.
|
Pertukaran kemajuan informasi
dan jaringan dengan membentuk situs untuk memperkuat kerjasama regional dalam penggunaan TIK dalam pendidikan guru. |
·
Membangun sebuah situs web untuk proyek ini.
·
Mempromosikan website sebagai
sarana komunikasi antara
negara proyek.
|
B.
Tujuan Proyek
Ketika merencanakan setiap proyek, tujuan
harus memiliki karakteristik SMART
berikut:
·
Spesifik
·
Terukur
·
Dicapai
·
Realistis
·
tepat waktu
Dengan
kata lain, setiap
proyek harus bertujuan untuk
hasil yang spesifik dengan kriteria yang terukur jelas;
hasil
harus dicapai dalam
jangka waktu yang wajar dan
keterbatasan anggaran; dan hasil perlu realistis dan tepat waktu, yaitu,
sesuai untuk daerah.
Fokus pada
isu-isu yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kapasitas di wilayah
tersebut dan bagaimana temuan penelitian dapat memberikan petunjuk yang berguna
untuk tindakan yang diperlukan. Pesan dasar
bab ini adalah bahwa tidak ada solusi sederhana untuk
mengintegrasikan ICT dalam program pendidikan guru.
Salah satu tujuan utama dari Rapat Ahli 'adalah untuk
mengembangkan kerangka kurikulum yang mungkin memandu
pengembangan profesional guru dalam integrasi ICT atau
infus.
Pendidik dan tenaga kependidikan
menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating
innovative learning environment) melalui TIK.
Melalui penggunaan teknologi yang
efektif dalam proses pendidikan, siswa memiliki Kesempatan untuk memperoleh kemampuan
teknologi. Guru adalah kunci dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan
mereka. Guru bertanggung jawab untuk menetapkan lingkungan kelas dan menyiapkan
kesempatan belajar yang memfasilitasi penggunaan tekhnologi untuk belajar
siswa, dan berkomunikasi. Sangat penting bahwa semua guru kelas untuk
memberikan para siswa dengan kesempatan itu.
Program pengembangan profesionalitas
guru merupakan program untuk mempersiapkan guru masa depan harus memberikan
pengalaman teknologi yang kaya di seluruh aspek pelatihan. Standar dan sumber
daya dalam UNESCO proyek " ICT Standar Kompetensi Guru " memberikan pedoman bagi semua guru, termasuk
untuk membuat program pelatihan yang akan mempersiapkan mereka (siswa) yang
mampu untuk memainkan peran penting dalam memproduksi teknologi.
Guru hari ini perlu dipersiapkan
untuk menggunakan teknologi dan mengetahui bagaimana teknologi yang dapat
mendukung pembelajaran siswa, memberdayakan siswa dengan teknologi, dengan
upaya penggabungan konsep teknologi dan keterampilan maka akan dapat membawa
Sekolah kearah kemajuan, untuk menjawab semua itu pembelajaran dan penggunaan
tekhnologi harus secara interaktif yang afektif, hal demikian telah menjadi
keterampilan integral dalam keprofesionalismenan guru.
Simulasi komputer interaktif,
digital dan terbuka sumber daya Pendidikan, dan pengumpulan data dan alat
analisis canggih memungkinkan guru untuk memberikan kesempatan yang tak
terbayangkan sebelumnya untuk konseptual pemahaman. Saat ini Praktek pendidikan
tradisional tidak lagi menyediakan calon guru dengan semua keterampilan dalam
mengajar siswa untuk bertahan hidup secara ekonomi di tempat kerja.
Kepemimpinan dan visi sangat penting
dalam perencanaan dan pengelolaan perubahan seperti pertimbangan stake holder.
Dalam mengembangkan dan menerapkan kurikulum untuk menanamkan ICT dalam
pendidikan guru pemangku kepentingan utama adalah :
1. Dekan
atau dosen dengan tanggung jawab untuk pendidikan guru.
2. Staf
pengajar di program.
3. Administrator
senior di lembaga.
Guru,
siswa yang ingin memperoleh pengetahuan ICT
Guru
dan kepala sekolah yang berkolaborasi dalam mengorganisir pengalaman bagi guru
dalam pelatihan.Lembaga pemerintah yang menetapkan kebijakan untuk pengembangan
profesi guru ,Bisnis dan industry yang memiliki kepentingan dalam kualitas
keseluruhan lulusan.
Pemanfaatan tekonologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di
bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan.
Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun
untuk mendukung pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien.
Tugas
2.2
komentar atau pendapat
dari isi buku tersebut jika dibandingkan dengan kondisi tempat saudara bekerja
“ Building Capacity of Teachers/Facilitators in
Technology-Pedagogy Integration for Improved Teaching and Learning “
Mata Kuliah : Statistika dan Komputer Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom.
Oleh :
SUNARYO
KELAS I C / NIM: Q100140150
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Dalam buku tersebut sudah
menggambarkan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di beberapa
Negara di dunia, ini membuktikan bahwa keberadaan TIK sangat menunjang dalam segala
hal yang menyankut dunia pekerjaan, bisnis, maupun sekolah.
Penulis telah mengutarakan berbagai
sudut pandang dalam pelaksanaan TIK diberbagai
Negara untuk meningkatkan kemampuan untuk mengenal dan memahami TIK.
Bahkan dalam kurikulum dunia
pendidikan pun penulis udah mecoba untuk menyampikan penerapan, pelaksanaan dan
evaluasinya.dengan adanya buku tersebut sangat menunjang peningkatan wawasan,
meningkatkan peneapan dan skil untuk ber TIK baik di dunia pendidikan maupun di
bidang yang lainya.
Pemanfaatan Information
Communication and Technologies (ICT) dalam pendidikan di tempat kami mengajar merupakan hal penting mengingat kondisi
permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis TIK hanya akan
berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan
terintegrasi.Di dalam kurikulum sekolah tempat mengajar sudah dimasukkan mata
pelajaran TIK yang memuat berbagai program.
Pemanfaatan TIK dalam sekolah kami
diantaranya :
1.
Pengolah
data siswa
2.
Pengolah
data guru
3.
Pengolah
data nilai
4.
Pengolah
data data pokok pendidikan
Perencanaan dalam pemanfaatan ICT
dalam Sekolah kami yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu,
infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi
penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
Penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK
melalui pendidikan di sekolah kami membutuhkan dukungan dari semua pihak
khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan
investasi pendidikan yang memadai.
Standarisasi mutu penyelenggaran
pendidikan berbasis TIK perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi konten untuk
menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis TIK.sehingga
sekolah kami akan benar-benar bias memanfaatkan berbagai alat TIK sebagai
sarana untuk mewujudkan sekolah yang berbasis TIK.