Rabu, 13 April 2022

Annelida Pengertian Annelida Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani dari kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida adalah cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya. Terdapat sekitar 15.000 spesies annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm-3 m. Filum Annelida hidup di air tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya annelida hidup secara bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Reproduksi Annelida Reproduksi Annelida terjadi secara seksual atau aseksual. Reproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian tubuhnya).tapu sebagian besar Annelida bereproduksi secara seksual. Walaupun cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan perkawinan silang dengan cara saling mempertukarkan spermanya untuk membuahi sel telur pasangan. Ciri-Ciri Annelida Annelida mempunyai ciri-ciri/karakteristik antaralain yaitu sebagai berikut : • Memiliki tubuh bersegmen (beruas-ruas yang mirip dengan cincin) dan memiliki otot. • Bersifat tripoblastik selomata, simetri bilateral, dan metameri • Mempunyai sistem pencernaan sempurna (mulut, kerongkongan, perut otot, tembolok, usus, dan anus). • Tubuh dilapisi dengan kutikula tipis dan lembab • Sistem respirasi melalui permukaan kulit dan berlangsung difusi • Sistem saraf berupa ganglion otak dan tali syaraf yang tersusun dari tangga tali. • Sistem peredaran darah annelida adalah tertutup dengan tersusun dari pembuluh darah yang mempunyai hemoglobin • Sistem ekskresinya berupa nefridia atau nefrostom • Sifat kelamin annelida adalah hermaprodit, jadi reproduksi secara generatif dengan cara konjugasi, dan secara vegetatif dengan fragmentasi/ generasi (mempunyai daya regenerasi yang tinggi) Sistem Organ Annelida 1. Sistem peredaran darah: Annelida mempunyai sistem peredaran darah tertutup dan pada pembuluh darah mengandung hemoglobin, sehingga darah berwarna merah. Fungsi pembuluh darah annelida yaitu untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Di bagian kulit, terdapat sejumlah pembuluh darah kecil, karena bernafas melalui kulit 2. Sistem pernafasan: Annelida dalam sistem pernafasan berlangsung di seluruh kulit permukaan tubuhnya, tetapi ada sumber yang menyatakan bahwa, ada juga spesies yang melalui insang. 3. Sistem pencernaan: Annelida mempunyai sebuah sistem pencernaan lengkap yang teridir dari mulut, faring, esofagus, usus, dan anus. 4. Sistem ekskresi: Annelida mempunyai organ ekskresi berupa nefridia (organ ekskresi yang merupakan saluran), nefrostom (corong bersilia dalam tubuh), dan nefrotor (pori tubuh tempat kotoran keluar). Setiap segmen mempunyai organ ekskresinya masing-masing. 5. Sistem reproduksi: Annelida mempunyai sebuah sistem perkembangbiakan secara seksual. Satu Annelida memiliki 2 alat kelamin yaitu jantan dan betina (hermafrodit), tetapi reproduksi secara aseksual tetap membutuhkan dua individu yang akan mengatur dirinya sedimikian rupa sehingga dapat menukarkan sperma. Lalu, dari hasil sperma tersebut, akan dilepas dari kepala cacing, tinggal dan berkembang dalam tanah. Sebagian annelida bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi diikuti dengan regenerasi. Klasifikasi Annelida • 1. PolyChaeta PolyChaeta adalah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut. Sehingga PolyChaeta ialah kelas dengan rambut paling banyak di filum Annelida. PolyChaeta mempunyai bagian tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus. Sedangkan hidup PolyChaeta hidup di air. PolyChaeta memiliki tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut Parapodia (tunggal =parapodium). Berfungsi sebagai alat gerak. Sebagian besar dari PolyChaeta, memiliki Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat pembuluh darah halus. Di setiap parapodium terdapat rambut halus yang sifatnya kaku yang biasanya disebut seta, rambut dilapisi kutikula sehingga licin. Umumnya ukuran tubuh PolyChaeta adalah 5-10 cm. Contoh Jenis PolyChaeta 1. Eunice viridis (Cacing Palolo), sebagai bahan makanan (mengandung protein tinggi) 2. Lysidice oele (Cacing Wawo), sebagai bahan makanan (mengandung protein tinggi) 3. Nereis domerlili, Nereis Virens, Neanthes Virens (cacing air laut). 4. Arenicola sp, Ciri-Ciri PolyChaeta 1. Berambut banyak 2. Hidup di laut dan dapat dibedakan antara jantan dan betina 3. Mempunya parapodia (alat gerak) 4. Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm, dengan diameter 2-10 mm. 5. Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup bebas 6. Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium (segmen pertama). • 2. OligoChaeta OligoChaeta berasal dari bahasa Yunani dari kata Oligo yang berarti sedikit, dan Chaeta yang berarti rambut. Kelas OligoChaeta merupakan kelas filum Annelida yang mempunya sedikit rambut. Banyak anggota dari OligoChaeta yang hidup di dalam tanah atau tempat lembab, tetapi ada juga yang hidup di air. Karena mempunyai sedikit rambut seta dan tidak mempunyai parapodia, sehingga kepalanya kecil, tidak memiliki alat peraba, dan tidak memiliki bintik mata. Pada lapisan kulit terdapat bagian saraf dengan fungsi untuk menerima rangsangan. OligoChaeta bersifat hermaprodit/monoceus dengan perkembangbiakan secara generatif dengan perkawinan, dan secara vegetatif dengan regenerasi. Terdapat Kitellum (Selzadel) yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada ruas 9-11 terdapat receptaculum seminis yang berfungsi sebagai penampung sel-sel spermatozoa. Contoh Jenis OligoChaeta 1. Moniligaster houtenil (Cacing tanah sumatra) 2. Tubifex sp (Cacing air tawar/sutra), berperan sebagai indikator pencemaran air. 3. Lumbricus terestris, Pheretima sp (Cacing Tanah), berperan membantu aerasi tanah sehingga menyuburkan tanah 4. Perichaeta musica (C.Hutan) Ciri-Ciri OligoChaeta 1. Tidak mempunyai parapodia 2. Mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen 3. Memiliki sedikit rambut 4. Kepala berukuran kecil, tanpa alat peraba/tentakel dan mata 5. Mengalami penebalan antara segmen ke 32-37, yang disebut dengan klitelum. 6. Telur terbungkus oleh kokon 7. Daya regenerasi tinggi 8. Hidup air tawar atau darat 9. Hermafrodit • 3. Hirudenia Hirudenia adalah kelas filum Annelida yang tidak mempunyaii seta (rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh Hirudinea yang pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan menempel. Gabungan dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah mekanisme pergerakan dari Hirudinea. Kebanyakan dari Hirudinea adalah ekstoparasit yang sering didapati di permukaan luar inangnya. Ukuran Hirudinea beragam dari 1-30 cm. Hirudinea hidup pada inangnya untuk menghisap darah dengan cara menempel. Sebagian mereka membuat luka pada permukaan tubuh inang sehingga bisa menghisap darahnya, sedangkan sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang bisa melubangi kulit, dan bila itu terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti pembeku darah, kebanyakan tidak terasa saat kelas ini menempel pada inangnya karena ia menghasilkan suatu zat anastesi yang bisa menghilangkan rasa sakit. Jenis ini dikenal dengan sebutan lintah. Contoh Jenis Hirudenia • Heaemodipso zeylanice (Pacet), hidup di darat, tempel lembab, dan menempel pada daun • Hirudo javanica (lintah yang terdapat di pulau jawa). • Dinobdelia Ferox (lintah yang terdapat di India) • Hirudo medicinalis (lintah), hidup di air tawar. Ciri-Ciri Hirudenia • Tidak mempunyai parapodia dan seta di segmen tubuhnya • Ukuran tubuh beragam mulai dari 1-30 cm. • Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. • Hidup air tawar, darat, dan air laut. • Memiliki zat antikoagulasi Peranan Annelida Annelida mempunyai beberapa peran yang bisa dimanfaatkan atau menguntungkan dan merugikan kehidupan manusia. Peran annelida yaitu sebagai berikut : Peranan Annelida yang menguntungkan/bermanfaat • Makanan manusia, karena cacing mempunyai sumber protein yang berpotensi dimasukkan sebagai bahan makan manusia seperti halnya daging sapi dan ayam • Bahan baku ternak, mempunyai kandungan protein, lemak dan mineral yang tinggi, cacing tanah dimanfaatkan sebagai makanan ternak misalnya unggas, udang, kodok, dan ikan. • Bahan baku obat, Cacing tanah dipercaya bisa meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus. • Bahan baku kosmetik, Cacing tanah diolah untuk dipakai sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik. • Lintah dipakai untuk membersihkan nanah pada luka yang sudah terinfeksi • Hirudin bermanfaat menyimpan darah untuk keperluan transfusi darah Peranan Annelida yang merugikan • Menimbulkan penyakit cacing pita, cacing darah, cacing hati, cacing perut, cacing kremi, cacing tambang, cacing filaria. • Menyebabkan anemia, seperti cacing darah, cacing tambang, pacet, dan lintah.

 https://rencanamu.id/post/akademik/soal-akm-literasi-dan-numerasi-sma-plus-pembahasannya#sharehttps://rencanamu.id/post/akademik/soal-akm-literasi-dan-numerasi-sma-plus-pembahasannya#share

 

Nemathelminthes

Nemathelminthes adalah kelompok hewan cacing yang mempunyai tubuh bulat panjang dengan ujung yang runcing. Secara bahasa, Kata Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, yakni “Nema” yang artinya benang, dan “helmintes” yang artinya cacing. Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati.

Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut pseudoaselomata. Cacing ini mempunyai tubuh meruncing pada kedua ujung sehingga disebut dengan cacing gilig. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada juga yang mencapai ukuran 1 m. Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh manusia, hewan, atau tumbuhan, namun adapula yang hidup bebas. Ukuran dari cacing betina lebih besar dari cacing jantan.

Ciri Nemathelminthes

Sesudah penjelasan diatas, maka kita dapatkan ciri-ciri nemathelminthes yaitu:

Merupakan cacing dengan tubuh bulat panjang seperti benang dengan kedua ujung tubuh yang runcing

Memiliki tiga lapisan tubuh (Triploblastik) yaitu lapisan tubuh luar (ektoderm), tengan (mesoderm), dan lapisan tubuh dalam (Endoderm).

Tubuhnya memiliki rongga, namun bukan rongga tubuh sejati sehingga rongga ini disebut Pseudoaselomata.

Kulitnya halus, licin, tidak berwarna dan dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindunginya dari enzim pencernaan inang.

Sistem pencernaannya sudah lengkap

Belum memiliki sistem sirkulasi dan sistem respirasi (pernapasan). Sistem saraf merupakan saraf cincin.

Struktur Tubuh Nemathelminthes

Tubuh dari cacing ini tidak memiliki segmen dan lapisan luar tubuhnya licin serta dilindungi oleh kutikula agar tidak terpengaruh oleh enzim inangnya. Tubuhnya dilapisi oleh tiga lapisan (tripoblastik), yakni lapisan luar (Ektodermis), lapisan tengah (Mesoderm), dan lapisan dalam (Endoderm). Kulit hewan ini tidak berwarna dan licin.

 

Nemathelminthes sudah memiliki suatu organ saluran pencernaan yang lengkap, yakni mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung depan dan anus terdapat pada ujung belakang. Sesudah makanan dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan pada rongga tubuhnya. Tubuhnya belum memiliki sebuah sistem pembuluh darah, sehingga tidak memiliki sebuah sistem respirasi, pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi melalui proses difusi, yakni perpindahan zat dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah.

 

Sistem Organ Nemathelminthes

Sistem Pencernaan, seperti penjelasan diatas, suatu sistem pencernaan dari nemathelminthes terdiri atas mulut, faring, usus, dan anus. Makanan masuk ke dalam tubuh melalui muluth pada bagian depan tubuh, kemudian masuk ke faring, dan dicerna di usus, setelah dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh cairan pada rongga tubuh pseudoaselomata, kemudian sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.

Sistem Eksresi, Sebuah Sistem eksresi terdiri atas 2 saluran utama yang akan bermuara pada sebuah lubang ditubuh bagian ventral.

Sistem Reproduksi, Nemathelminthes umumnya melakukan sebuah reproduksi secara seksual, sistem reproduksi bersifat gonokoris, yakni organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda, artinya setiap individu hanya mempunyai satu organ kelamin. Fertilisasi (pertemuan sperma dan ovum) terjadi di dalam tubuh, kemudian akan menghasilkan telur yang sangat banyak (ribuan). Kumpulan telur ini akan membentuk kista yang bisa bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang buruk.

Sistem sirkulasi (peredaran darah) dan sistem pernapasannya tidak ada, sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi secara difusi, yakni dengan mekanisme pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.

Sistem Persarafan, adalah sebuah sistem saraf cicin yang mengelilingi esofagus dan mempunyai 6 cabang saraf utama.

Klasifikasi Nemathelminthes

Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yakni sebagai berikut :

 1. Kelas Nematoda

Nematoda mempunyai kutikula tubuh yang transparan. memiliki mulut dan lubang ekskresi, alat reproduks pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium. Umur cacing pada umumnya mencapai 10 bulan. Contoh anggota Nematoda, antara lain yaitu Ascaris lumbricoides (cacing pern pada manusia), Anguila aceti (cacing cuka), Enterobim vermicularis atau Oxyuris vermicularis (cacing kreim pada manusia), Oxyuris equi (cacing kremi pada kuda. Necator americanus atau Ancylostoma duodenale (cacing tambang pada manusia), Wuchereria bancrofti (cacing yang menyebabkan penyakit elefantiasis pada manusia, Trichinella spiralis (cacing otot pada manusia), Loa lee (cacing mata pada manusia), dan Heterodera radicicote (cacing yang menyebabkan puru/bengkak pada akar tanaman).

 Ascaris lumbricoides (cacing perut pada manusia)

Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia dengan panjang 20-40 cm, dan diameter 0,5 cm. Telur cacing yang keluar bersama feses akan masuk ke saluran pencernaan. manusia melalui makanan yang tidak higienis. Selanjutnya, telur berkembang menjadi larva yang menembus dindme usus dan mengikuti peredaran darah manusia sampai e paru-paru, trakea (tenggorokan), faring (kerongkongaat, dan kembali ke usus hingga dewasa, kemudian menetaskan telur 200.000/hari

Cacing betina berukuran lebih besar dibandingkan cacing jantan. Dalam keadaan hidup, tubuhnya berwarna putih seperti susu dengan kutikula transparan bergaris-garis. Pada hewan jantan, dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae untuk melakukan perkawinan. Pada cacing betina lubang kelamin terletak di 1/3 panjang tubuh dari ujung anteriornya. Cacing betina lebih lurus, sedangkan cacing jantan melengkung.

Necator americanus = Ancylostoma duodenale (cacing tambang pada manusia)

Cacing tambang parasit dalam usus manusia. Panjang tubuhnya 1-1,5 cm. Mulut di bagian anterior dengan gigi kait dari kitin. Saat menggigit dinding usus penderita, cacing ini mengeluarkan zat antipembekuan darah (zat antikoagulasi) dan darah terus-menerus diisapnya sehingga penderita dapat mengalami anemia. Telur yang keluar bersama feses akan menetas di tempat becek membentuk larva rabditiform (filariform). Larva dapat menembus kulit telapak kaki manusia dan mengikuti peredaran darah sampai ke paru-paru, trakea (tenggorokan), faring (kerongkongan), dan kembali ke usus sampai dewasa. Cacing ini menghasilkan telur 9.000/hari.

Antara cacing jantan dan cacing betina dapat dibe- dakan dengan mengamati morfologinya. Cacing jantan mempunyai testis, vesika seminalis, kelenjar semen, spikula (atau disebut gubernakulum yang merupakan alat kopulasi), kloaka, dan bursa. Adapun cacing betina memiliki ovarium, uterus, vagina, dan anus. Cacing betina juga memiliki duri ekor yang berguna untuk membantu saat proses perkawinan berlangsung.

Enterobius vermicularis

Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis adalah cacing kremi pada manu-sia. Cacing kremi hidup dalam usus besar manusia. Panjang cacing betina 9-12 mm, cacing jantan 3-5 mm. Cacing betina akan bertelur pada malam hari di anus sehingga menyebabkan rasa geli (gatal). Apabila digaruk, telur akan menempel pada kuku.

Telur yang tertelan melalui makanan dapat menyebabkan autoinfeksi (infeksi yang disebabkan oleh penderita sendiri). Telur menetas di usus halus sampai raenjadi cacing dewasa. Apabila akan kavyin, cacing raenuju ke usus besar. kemudian yang betina akan meletakkan telur di anus penderita sehingga penderita mengalami rasa gatal di anusnya.

Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)

Cacing Filaria bancrofti mengakibatkan penyakit elefantiasis/kaki gajah. Larva cacing pada siang hari akan berada di pembuluh darah besar (aorta) dan pada malam hari akan keluar menuju pembuluh darah tepi (di bawah kulit). Larva Filaria yang berada dalam kelenjar ludah nyamuk Culex sp. akan masuk ke tubuh orang sehat yang digigitnya. Larva masuk dan mengikuti sebuah peredaran darah manusia menuju ke kelenjar getah bening sampai dewasa. Cacing yang berkembang biak dengan cepat akan menyumbat saluran getah bening. Bagian tubuh yang tidak mendapat aliran getah bening akan mengalami pembengkakan. Jika pembengkakan terjadi pada kaki. disebut penyakit kaki gajah.

Trichinella spiralis (cacing otot pada manusia)

Cacing ini mengakibatkan penyakit yang disebut : trikinosis. Manusia bisa terserang karena makan daging babi yang mengandung larva cacing yang dimasak tidak matang. Larva tinggal di dalam usus halus hingga dewasa dan bertelur. Telur menetas menjadi larva dan masuk dalam otot lurik untuk membentuk sista.

 

 

2. Kelas Nematomorfa

Nematomorfa adalah cacing yang mempunyai dun di kepala. Hidup dalam usus Vertebrata dan biasanvii melekat pada dinding usus dengan belalai bengkok berkan duri. Cacing ini memiliki sebuah alat pencernaan makanan yang sempurna dan alat reproduksinya terpisah. Nematomorfa memiliki hospes intermedier, yakni bangsa Crustacea (udang dan Insecta (serangga), misalnya Neoechi norhynchus emydis yang menyerang penyakit kura-kura, dan bulus.

 

Peranan Nemathelminthes

Pada umumnya Nematoda merugikan karena hidup parasit dan mengakibatkan penyakit pada manusia dan menjadi parasit pada tumbuhan, diantaranya sebagai berikut.

 Globodera rostochiensis, yang menjadi parasit pada tanaman kentang dan tomat, dan sebagai vektor virus pada beberapa tanaman pertanian.

Ascaris lumbricoides (cacing usus) dan Enterobius vermicularis (cacing kremi), menjadi parasit pada manusia dan menyebabkan penyakit.

Rabu, 06 April 2022

 

Platyhelminthes

Platyhelminthes ini berasal dari bahasa Yunani “Platy” memiliki arti pipih serta “helminthes” artinya adalah cacing. Platyhelminthes ini ialah cacing berbentuk halus dan juga pipih, tripoblastik (memiliki 3 lapisan embrionik) serta juga aselomata (tidak mempunyai rongga tubuh). Cacing ini terdapat pada air tawar, air laut dan juga di tanah yang lembab. Cacing trematoda serta Cacing pita ini ialah contoh cacing pipih yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Penyakit yang bisa atau dapat ditimbulkan oleh kedua cacing ini ialah Taeniasis serta Trematodiasis.

 

Ciri-ciri Platyhelminthes

Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari Platyhelminthes yakni :


  1. Cacing pipih ini memiliki sifat tripoblastik aselomata yakni mempunyai 3 lapisan embrionik terdiri dari ectoderm, mesoderm serta endoderm, dan juga tidak memiliki rongga tubuh.
  2. Rongga pencernaan tidak mempunyai anus
  3. Mempunyai tubuh simetri bilateral
  4. Tubuh lunak serta adanya silia pada epidermis tubuh
  5. Umumnya Hidup ialah sebagai parasit kecuali Planaria
  6. Tidak mempunyai sistem sirkulasi
  7. Pernapasan dilakukan dengan permukaan tubuh serta ruang gastrovaskuler
  8. Reproduksi dengan secara vegetative (fragmentasi/aseksual) serta juga generative (pembuahan silang/ seksual)
  9. Memiliki sifat hemafrodit (yakni mempunyai 2 alat kelamin disatu tubuh)

Struktur Tubuh Platyhelminthes

Struktur-Tubuh-Platyhelminthes

Platyhelminthes mempunyai ukuran tubuh yang beragam. Ukuran ini bisa atau dapat berupa ukuran yang mikroskopis hingga yang makroskopis itu dengan panjang 20 m seperti dicacing Taenia solium. Platyhelminthes mempunyai tubuh yang simetri bilateral yakni tubuh bisa atau dapat dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan melalui pesawat pusat.

Platyhelminthes ini ialah suatu cacing yang sifatnya itu yakni tripoblastik aselomata yang merupakan suatu organisme yang mempunyai 3 lapisan embrionik (mesoderm,ectoderm dan juga endoderm) dan juga aselomata yang artinya ialahtidak memiliki sebuah rongga tubuh. Mesoderm pada platyhelminthes tersebut tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam serta tidak membentuk sel khusus.

Sistem pencernaan platyhelminthes ini berupa sistem gastrovaskuler yakni peredaran makanan tidak dengan melalui darah tapi dengan melalui usus. Sistem pencernaan tersebut dimulai dari mulut kemudian faring setelah itu kerongkongan. Selain itu cacing ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan tersebut dikeluarkan dengan melalui mulut. Sistem saraf ini berupa sistem saraf tangga tali. Di platyhelminthes untuk tingkat tinggi sistem saraf ini tersusun dari sel neuron yang setelah itu setelah itu kemudian terbagi lagi menjadi sel saraf sensori serta juga sel saraf motoris dan juga sel asosiasi (perantara).


Sistem Organ Platyhelminthes

Sistem-Organ-Platyhelminthes

1. Sistem pernafasan dan sistem sirkulasi

Platyhelminthes ini tidak mempunyai kedua sistem ini. Proses pertukaran O2 serta CO2 dilakukan dengan secara difusi yang mana proses pertukaran tersebut dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang rendah.

2. Sistem pencernaan

Sistem pencernaan cacing ini belum sempurna. Sistem pencernaanya ini terdiri atas mulut, faring serta kemudian kerongkongan. Cacing tersebut tidak mempunyai anus sehingga sisa makanan ini dikeluarkan lagi dengan melalui mulut. Cacing ini mempunyai sistem pencernaan gastrovaskuler yang mana saluran pencernaannya ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh yang memiliki peran sebagai usus.


3. Sistem saraf

Sistem saraf ini memiliki dua (2) ganglion diujung ventral tubuh. Yang mana nantinya akan keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior. Diantara pasangan saraf tersebut dihubungkan oleh beberapa saraf lateral.

Dalam sistem syaraf tersebut terdapat beberapa macam sistem saraf di Platyhelmintes ( cacing pipih ) antara lain ialah sebagai berikut :

  • Sistem syaraf tangga tali ini merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem ini pusat susunan syaraf ini disebut dengan sebutan ganglion otak terdapat pada bagian kepala serta jumlah itu sepasang, dari kedua ganglion otak itu keluar tali syaraf sisi yang memanjang di bagian kiri serta juga kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut syaraf melintang.
  • Pada cacing pipih lebih tinggi tingkatannya sistem saraf itu bisa atau dapat tersusun dari sel saraf ( neuron ) yang dibedakan itu menjadi sel saraf sensori ( yakni sel pembawa sinyal dari indera itu ke otak ), dan sel saraf motor ( yakni sel pembawa dari otak ke efektor serta juga sel asosiasi ( perantara ).

4. Sistem reproduksi

Sistem reproduksi ini bisa atau dapat terjadi dengan secara aseksual serta seksual. Secara aseksual, proses dari reproduksi ini terjadi dengan secara fragmentasi sedangkan untuk seksual terjadi dengan peleburan gamet jantan serta betina. Pada dasarnya cacing ini memiliki sifat hemafrodit yaitu di dalam 1 tubuh terdapat 2 alat kelamin (jantan sertabetina). Telur yang dihasilkan memiliki sifat mikroskopis. Fertilisasi ini terjadi dengan secara internal, baik itu sendiri atau fertilisasi silang.


5. Sistem Indera

Untuk beberapa jenis dari Platyhelmintes ( cacing pipih ) ini mempunyai sistem penginderaan berupa oseli yakni  bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap adanya cahaya. Bintik mata itu biasanya berjumlah sepasang serta juga terdapat dibagian anterior ( kepala ). Seluruh cacing pipih tersebut mempuynyai indra meraba serta sel kemoresptor disekujur tubuhnya. Beberapa dari spesies ini juga mempunyai indra tambahan yakni berupa reoreseptor (yakni organ untuk dapat mengetahui arah aliran sungai ), statosista (pengatur keseimbangan) serta aurikula (telinga). Pada dasarnya Platyhelmintes ( cacing pipih) ini mempunyai sistem osmoregulasi yang disebut dengan sebutan protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut dengan protonefridiofor yang jumlah itu ialah sepasang atau lebih. Sedangkan untuk sisa metabolism tubuhnya itu dikeluarkan dengan secara difusi melalui dinding sel.


Klasifikasi Platyhelminthes

Klasifikasi-Platyhelminthes

1. Kelas Turbellaria

Cacing pipih yang bergerak yakni dengan menggetarkan bulu getarnya. Umunya itu hidup bebas di air asin serta air tawar. Contohnya pada planaria sp yang hidup di sungai yang jernih, laut dan juga tempat yang lembab. Cacing ini merupakan indicator terhadap suatu pencemaran air. Cacing ini mempunyai bintik di kepalanya yang bisa atau dapat membedakan terang serta gelap. Cacing ini juga memiliki sifat menjauhi cahaya. Reproduksi yang dilakukan secara aseksual yakni dengan fragmentasi serta seksual dengan peleburan gamet jantan dan juga betina.

Turbellaria ini adalah kelompok platyhelminthes yang bisa atau dapat bergerak dengan menggetarkan bulu getarnya. Cacing pipih jenis ini hidup dengan secara bebas (bukan parasit) serta tidak mempunyai alat hisap.

Contoh Kelas Turbellaria

planaria

Salah satu hewan jenis ini yang sangat dikenal ialah planaria, kami akan berusaha menjelaskan kelas ini dengan mencontohkan planaria.

Tubuh Planaria ini mempunyai panjang 1 – 2 cm. Planaria ini memakan protista sertahewan kecil lainnya, planaria ini memakan mangsanya itu dengan menggunakan faring. Setelah ditangkap, makanan tersebut kemudian akan dipecah serta didorong masuk ke lambung oleh adanya faring. Umumnya untuk hewan jenis ini melakukan reproduksi dengan secara seksual. Warna tubuhnya gelap serta pada bagian kepala terdapat bintik mata untuk kemudian membedakan keadaan gelap serta terang. Mulutnya ini terdapat di permukaan ventral juga bisa atau dapat di tengah tubuh. Pada mulut nya itu terdapat struktur seperti taring yang disebut dengan probosis, probosis ini memiliki fungsi untuk menangkap mangsa. Turbellaria ini mampu untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuh, serta juga daya regenerasi ini sangat baik.


2. Kelas Trematoda

Trematoda ini ialah cacing pipih yang memiliki sifat parasit pada manusia serta hewan. Cacing ini mempunyai alat isap yang memiliki kait yang fungsinya untuk melekatkan diri pada tubuh inangnya. Cacing ini mempunyai kutikula yang fungsinya ini untuk mencegah dirinya itu untuk ikut terhisap oleh sel inangnya. Contoh dari cacing jenis ini ialah Fasciola hepatica yang hidup di organ hati domba, F. gigantica ini di organ hati sapi serta Schistosoma japonicum yang hidup dipembuluh darah perut manusia

Tremotoda ini adalah kelompok platyhelminthes yang mempunyai alat hisap serta alat kait untuk dapat menempelkan diri pada inangnya. Trematoda ini adalah platyhelminthes yang hidupnya itu sebagai parasit. Tubuh bagian luarnya itu ditutupi oleh kutikula yang memiliki fungsi agar tubuhnya itu tidak tercerna oleh sel tubuh inangya. Hewan jenis ini tidak mempunyai silia pada permukaan luar tubuh. Makanan dari trematoda ini ialah cairan atau juga jaringan tubuh inangnya. Dinding tubuhnya ini mempunyai otot dan saraf.

Contoh Kelas Trematoda

cacing-hati

Contoh hewan ini adalah cacing hati. Cacing hati ini adalah bentuk hewan yang mempunyai ciri – ciri sebagai berikut,

  1. Panjang tubuh 2,5 – 3 cm ; serta juga lebar tubuhnya 1 – 1,5 cm,
  2. Mempunyai mulut meruncing yang juga dikelilingi oleh adanya alat penghisap.
  3. Untuk melindungi tubuhnya disaat bergerak, cacing mempunyai lapisan berupa sisik kecil dari kutikula diseluruh bagian tubuhnya.
  4. Mempunyai alat kelamin serta memiliki sifat hemaprodid , yang melakukan pembuahan dengan sendiri atau silang.
  5. Tidak mempunyai anus, dan juga sebagai ganti alat ekresinya itu berupa sel api.

3. Kelas Cestoda

Cestoda atau cacing pita ini ialah cacing berbentuk pipih yang parasit pada manusia serta hewan. Pada kepala cacing ini terdapat kait yang memiliki fungsi untuk melekatkan diri diusus inangnya. Cacing pita ini mempunyai tubuh yang dapat atau bisa terbagi menjadi beberapa bagian yang disebut dengan proglotid. Proglotid ini merupakan calon individu baru. Selama hidupnya cacing pita tersebut kemudian akan terus membuat proglotid yang baru.

Cestoda ini ialah kelompok platyhelminthes yang memiliki bentuk seperti pita serta sifatnya ialah parasit. Pada bagian kepala hewan ini juga terdapat kait yang memiliki fungsi untuk mengaitkan tubuhnya itu pada usus inang. Kepala cacing pita tersebut disebut dengan skoleks serta untuk bagian bawah kepala itu disebut dengan strobilus. Bagian Strobilus ini memiliki fungsi untuk membentuk progtolid pada hewan ini. Progtolid sendiri ialah bagian tubuh yang akan menjadi individu baru dikemudian hari. Cestoda iuni terus membentuk progtolid sertasemakin ke ujung progtolid itu juga akan semakin besar serta semakin matang. Selama siklus hidupnya itu mereka bisa atau dapat melibatkan lebih dari satu inang. Cacing pita ini bisa atau dapat ditularkan ke manusia dengan melalui daging babi atau juga sapi terinfeksi yang tidak dimasak matang.

Contoh Kelas Cestoda

Taenia-saginata

Contoh dari cacing ini ialah seperti Taenia saginata, Ciri-ciri dari cacing dewasa Taenia saginata :

  • Cacing dewasa ini memiliki panjang 5 – 10 meter
  • Cacing ini terdiri dari scolex, leher, serta strobila
  • Scolex yang berbentuk piriform berukuran 1 – 2 mm dilengkapi dengan 4 batil isap yang menonjol
  • Strobila ini terdiri dari 1000 – 2000 proglotid atau juga segmen yang mana makin ke distal proglotid itu semakin matang
  • Proglotid gravid ini berukuran 16 – 20 x 5 – 7 mm yakni dengan cabang uterus itu berjumlah 15 – 20 buah tiap sisi yang mana uterus gravid tersebut mengandung 80.000 sampai 100.000 telur
  • Lubang kelamin atau juga porus genitalis ini terletak di sebelah lateral serta berada berselang-seling di kanan serta kiri dengan tidak teratur

Peranan Platyhelminthes (cacing pipih)

Umumnya platyhelminthes ini adalah suatu cacing yang merugikan disebabkan cacing ini bersifat parasit pada manusia serta hewan, namun terdapat dari spesies platyhelminthes (cacing pipih) oini yang tidak merugikan manusia maupun hewan yakni planaria. Planaria ini mempunyai peranan yang dimanfaatkan yakni sebagai makanan ikan. Platyhelminthes (cacing pipih) ini lebih banyak memberikan dampak kerugian bagi manusia maupun juga hewan. Pada saat manusia mengkonsumsinya, dampaknya tersebut dapat merugikan manusia disebabkan karna terinfeksi cacing yang bisa atau dapat menyebabkan masalah-masalah bagi kesehatan manusia.


Penyakit yang Dapat Ditimbulkan Oleh Platyhelminthes

Platyhelminthes ini menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan, salah satunya ialah Schistosoma yang menyebabkan skistosomiasis. penyakit parasit yang ditularkan dengan melalui siput air tawar dimanusia.

Apabila cacing ini kemudian berkembang di tubuh manusia, yang dapat terjadi kerusakan jaringan serta juga organ seperti ureter, hati, kandung kemih, limpa, serta ginjal manusia.

Selasa, 11 Agustus 2020

 

Pengertian Seni Rupa 2 Dimensi

Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki dua ukuran atau sisi, mudahnya karya ini hanya memiliki panjang dan lebar saja, tanpa dimensi ketiga yaitu: ruang (z). Contohnya adalah lukisan, seni grafis, ilustrasi dan karya rupa lain yang digambar diatas permukaan datar.

Istilah ini muncul ketika seni rupa dibedakan berdasarkan dimensinya, yaitu karya seni rupa dua dimensi dan seni rupa 3 dimensi. Penggolongan seperti ini dilakukan agar kita memahami seberapa jauh cakupan seni rupa dapat dibedakan.

Misalnya, seni rupa juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Yaitu, seni rupa terapan (applied art) yang pembuatannya melalui proses perancangan (desain), dan seni rupa murni, karya yang dibuat dengan tujuan untuk dinikmati keindahan dan keunikannya saja tanpa mempertimbangkan fungsi praktisnya.

Selain berdasarkan bentuk (dimensi) dan fungsinya, karya seni rupa juga dapat dibedakan berdasarkan karakteristik media (alat, teknik, dan bahan) dan orientasi pembuatannya. Berdasarkan karakteristik tersebut, seni rupa terbagi menjadi: seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kriya, dan desain.

Ketika kita mengetahui setiap jenis seni rupa berdasarkan parameter fungsinya, maka akan jauh lebih mudah bagi kita untuk mengapresiasi atau menciptakan karya spesifik yang inign kita pelajari. Karena setiap jenis karya seni rupa yang berbeda akan membutuhkan treatment

yang berbeda pula.

Contoh Seni Rupa 2 Dimensi

Berdasarkan bentuk atau dimensinya, dapat dengan mudah diketahui apa saja yang termasuk kedalam seni rupa 2 dimensi. Contohnya adalah semua karya yang yang digambar diatas permukaan seperti kanvas, kertas, plastik dan papan kayu. Contoh seni rupa 2 dimensi meliputi:

  1. Lukisan. Karya seni rupa yang dilukis menggunakan kuas menggunakan media cat dan kanvas.
  2. Seni Grafis. Seni rupa yang dibuat melalui cetakan, seperti cetakan kayu, stempel atau sablon.
  3. Gambar. Seni rupa yang digambar menggunakan media gambar seperti pensil diatas kertas. Contohnya meliputi: gambar ilustrasi, gambar bentuk, gambar suasana, dsb.
  4. Desain Komunikasi Visual. Nama lain desain grafis yang biasa dibuat dengan menggunakan aplikasi komputer lalu dicetak diatas kertas menggunakan printer. Contohnya: Desain brosur, banner, hingga ke website.

Keunikan Seni Rupa 2 Dimensi

Jika berbicara terdapat karya yang memiliki dimensi lebih dari karya dua dimensi, maka akan muncul pertanyaan dan pernyataan bahwa seni rupa tiga dimensi adalah sesuatu yang lebih baik atau muktahir. Seperti bagaimana video game bergrafik 3d akan otomatis disebut lebih bagus daripada game kartun 2d.

Namun, seni ini tetap bertahan dan masih terus digunakan dengan alasan yang sangat rasional. Karena kurangnya dimensi pada seni rupa 2 dimensi justru memancing imajinasi lebih dari audiensnya. Gambar yang hanya dapat dilihat pada permukaan datar lebih mudah untuk menciptakan berbagai narasi dan teks diluar wujud fisiknya sendiri. Fokus pemirsa secara simultan akan mengapresiasi wujud fisik dan wujud batin dari karya 2d.

Dengan cepat, gambar dua dimensi dapat memancarkan berbagai pesan atau narasi yang akan membuat pemirsa gatal untuk menafsirkannya. Hal ini berbeda dengan  seni rupa 3 dimensi yang karena memiliki dimensi yang sama dengan dunia nyata. Karena wujudnya yang terlalu sama dengan alam, justru malah menimbulkan pengabaian atau kesulitan untuk mengapresiasi wujud batin. Ini sebabnya mengapa masyarakat umum lebih mudah untuk menikmati dan memahami lukisan ketimbang seni instalasi.

Unsur dan Objek Karya Seni Rupa 2 Dimensi

Seorang perupa (seniman, desainer, kriyawan, perajin dan sebagainya) mengolah unsur-unsur seni rupa fisik dan nonfisik sesuai dengan keterampilan dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Dalam sebuah karya seni rupa, unsur fisik dapat secara langsung dilihat dan atau diraba. Sedangkan unsur nonfisik adalah prinsip atau kaidah-kaidah umum yang digunakan untuk menempatkan unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni.

Seni rupa 2 dimensi berasal dari berbagai unsur-unsur pembentuk kesatuan yang diolah sedemikian rupa oleh perupa tau desiner yang menciptakannya.

Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur fisik yang dapat langsung dilihat hingga diraba. Kemudian, unsur nonfisik atau kaidah-kaidah umum yang digunakan untuk menempatkan unsur fisik dalam sebuah karya yang biasa disebut dengan prinsip seni.

Unsur-unsur fisik seni rupa 2 dimensi

  1. Garis (line). Garis adalah unsur fisik yang mendasar dan penting untuk menciptakan karya seni rupa. Garis memiliki dimensi datar memanjang, arah dan sifat-sifat khusus seperti: pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak, dst.
  2. Raut (Bidang dan Bentuk). Raut merupakan tampak, potongan atau wujud dari suatu objek. Istilah ”bidang” digunakan untuk menunjuk wujud benda yang datar, sedangkan bangun /bentuk menunjukkan wujud benda yang tampak memiliki volume (mass), meskipun pada seni rupa 2 dimensi, volume tersebut hanya ilusi.
  3. Ruang. Ruang dalam karya seni rupa 2 dimensi berarti kesan dimensi dari objek atau background yang terdapat pada karya seni. Ruang dihadirkan melalui perbedaan intensitas gelap-terang, warna, hingga menggunakan teknik menggambar perspektif untuk menciptakan ruang semu (khayal).
  4. Tekstur (Barik). Unsur rupa yang menunjukan kualitas taktil dari suatu permukaan atau penggambaran struktur permukaan suatu objek pada karya seni rupa. Terdapat tekstur semu (buatan) dan tekstur asli. Tekstur asli adalah perbedaan ketinggian permukaan objek yang nyata dan dapat diraba (seperti cat timbul). Sementara tekstur semu/buatan adalah kesan semu permukaan objek yang direka melalui pengolahan unsur garis, gelap-terang, dsb.
  5. Gelap-Terang. Gerap terang adalah rekaan perbedaan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan benda yang digambar/dilukis pada karya seni rupa 2dimensi. Bagian yang terkena cahaya harus dibuat lebih terang dan bagian yang kurang terkena cahaya akan harus tampak lebih gelap.
  6. Warna. Warna adalah unsur rupa yang paling menarik perhatian. Menurut teori warna Brewster, semua warna yang ada berasal dari tiga warna pokok (primer) yaitu merah, kuning, dan biru. Dalam berkarya seni rupa terdapat beberapa teknik penggunaan warna, yaitu secara harmonis, heraldis, murni, monokromatik dan polikromatik.

Penjelasan lebih lengkap mengenai unsur-unsur seni rupa dan desain dapat dilihat disini:

Unsur Unsur Seni Rupa & Desain diperkuat Pendapat Ahli

Sementara unsur nonfisik atau prinsip seni rupa dapat dipelajari disini:

Prinsip Prinsip Seni Rupa dan Desain Menurut Para Ahli

Medium dan Bahan Karya Seni Rupa 2 Dimensi

Bahan berkarya seni rupa adalah material habis pakai yang digunakan untuk mewujudkan karya seni rupa tersebut. Sesuai dengan keragaman jenis karya seni rupa, bahan untuk berkarya seni rupa ini juga banyak macam dan ragamnya, ada yang berfungsi sebagai bahan utama (medium) dan ada pula sebagai bahan penunjang.


Bahan karya seni rupa adalah material pakai yang dapat habis ketika digunakan untuk menciptakan karya seni. Seperti jenisnya yang beragam, bahan untuk berkarya seni juga sangat beranekaragam. Ada yang berfungsi sebagai bahan utama atau disebut medium, ada juga bahan yang menunjang.

Contohnya, karya seni lukis dibuat menggunakan kanvas dan cat sebagai bahan utama, kemudian kayu dan paku sebagai bahan penunjang. Kayu digunakan sebagai bahan bingkai pembentang kanvas dan biasa disebut dengan spanram (stretch board).

Berdasarkan sumber bahan dan proses pengolahannya, bahan untuk berkarya seni rupa 2 dimensi juga dapat dikategorikan menjadi bahan alami dan bahan sintetis. Bahan baku alami adalah material yang bahan dasarnya berasal dari alam dan diolah tanpa proses kimiawi. Sementara bahan sintetis adalah bahan-bahan alam yang telah diolah melalui proses industri atau pabriksasi tertentu, sehingga menjadi bahan baru yang memiliki sifat dan karakter khusus yang baru pula.

Berdasarkan sifat materialnya, bahan berkarya seni rupa ini dapat juga dikategorikan ke dalam bahan lunak, keras, bahan cair dan padat, dan sebagainya.

Baca juga: Media Lukis: Pahami Bahan, Alternatifnya & Komponen Cat

Alat Berkarya Seni Rupa dua dimensi

Alat berkarya seni rupa sangat banyak jenis dan ragamnya. Ketika berkarya seni rupa 2 dimensi dikenal beberapa kategori alat utama, yaitu alat untuk menggambar, membentuk, dan mewarnai, h alat mencetak (melipatgandakan).

Seperti pada medium, dalam berkarya juga terdapat alat tidak secara khusus digunakan untuk kegiatan seni rupa, namun sangat diperlukan dalam kegiatan berkarya seni rupa seperti: alat pemotong (gunting atau pisau), alat pengukur, dan sebagainya.

Alat-alat tersebut bersifat penunjang untuk mempermudah proses pembuatan karya. Kemajuan teknologi juga saat ini membuat berkarya seni rupa dapat diasistensi atau dilakukan dengan menggunakan komputer.

Meskipun begitu, harus selalu disadari betul bahwa komputer hanyalah alat bantu. Karya seni ataupun desain yang identik dengan teknologi digital tetap membutuhkan kepekaan rasa yang sulit bahkan hampir tidak mungkin dapat diciptakan oleh program komputer.

Kepekaan rasa seni atau sense of art adalah kompetensi unik dan khas yang hanya dimilki oleh manusia. Setiap manusia biasanya memiliki gaya dan ciri khas yang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, dan inilah yang membuat seseorang dapat menjadi seorang seniman.

Baca juga: Alat Lukis: Kuas, Pisau, Roller dengan Jenis & Fungsinya

Teknik Berkarya Seni Rupa dua dimensi

Berkarya seni rupa 2 dimensi membutuhkan keterampilan teknis menggunakan alat dan mengolah bahan untuk mewujudkan karya yang garap. Sebagai contoh, untuk menciptakan karya lukisan, seorang perupa harus menguasai keterampilan teknis menggunakan  kuas dan mencampur cat (mengolah bahan) pada kanvas (medium).

Baca juga: Teknik Melukis yang Sebenarnya: Glazing, Underpainting, dll

Beberapa teknik karya seni rupa juga dapat sangat spesifik terhadap satu bidang saja. Seni kriya Batik misalnya, membutuhkan teknik khas dan unik untuk membatik.

Suatu teknik berkarya seni rupa 2 dimensi mungkin saja secara khusus digunakan sebagai teknik utama dalam mewujudkan satu jenis karya seni rupa tetapi mungkin juga digunakan untuk mewujudkan jenis karya seni rupa lainnya.

Artinya, teknik adalah salah satu hal yang dapat dieksplorasi untuk menghasilkan karya yang unik. Misalnya, bagaimana jika kita menggunakan canting batik untuk melukis diatas kanvas? Coba saja, kreativitas itu tidak ada batasnya.

Proses Berkarya Seni Rupa 2 dimensi

Pembuatan karya seni 2 dua dimensi dilakukan melalui sebuah proses yang bertahap. Tahapan ini akan berbeda antara satu jenis karya dengan jenis karya lainnya mengikuti karakteristik teknik, bahan dan alat yang sebelumnya telah dibahas.

Namun, secara umum berkarya seni rupa 2 dimensi akan dimulai karena adanya motivasi untuk berkarya. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar senimannya. Jika kita melihat pada sejarah-sejarah atau cerita masa lalu, terkadang motivasi seniman untuk berkarya bisa menjadi sangat dramatis.

Seakan motivasi seni harus berasal dari suatu tragedi atau kisah kelam senimannya. Padahal, nyatanya sesuatu yang sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari dapat menjadi ide atau motivasi untuk berkarya. Cobalah perhatikan dan amati benda-benda atau peristiwa sehari-hari di sekitar kita. Kemudian, kembangkan hasil pengamatan tersebut menjadi tema utama berkarya.

Jika analisis dilakukan dengan cermat dan tepat, maka ide dan motivasi berkarya pasti dapat terbentuk. Misalnya, ada Seniman yang terkenal karena melukis menggunakan benang dan jarum jahit. Bahkan ada yang menggambar menggunakan rontokan rambutnya sendiri ketika ia sedang mandi, dengan cara menempelkan rambut-rambut tersebut dinding keramik kamar mandinya.

Referensi

  1. Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya: Yogyakarta, MSPI.
  2. Sedyawati, Edi dkk. (1983). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia.
  3. Zackaria Soetedja, dkk. (2017). Seni Budaya untuk SMA/SMK/MAK kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.